Semua sektor industri dibuat kaget dengan pandemi Covid-19, tak terkecuali fashion. Para pelaku terlibat pontang-panting berakrobat melakukan berbagai cara agar tetap bertahan di tengah kondisi ini. Jetti R. Hadi atau yang lebih akrab dipanggil Tila, founder majalah NOOR  bercerita tentang pandangannya terhadap Covid-19 dan pengaruhnya ke industri fashion.

“Pandemi ini kan mendadak. Awalnya (industri fashion) sudah persiapkan setahun pangsa pasar. Ini semua datang tiba-tiba. Jadi memang semua di luar kemampuan imajinasi siapa pun. Dengan segala kemampuan keterbatasan (pelaku industri fashion) berakrobat,” kata Tila.

Kondisi ini menurutnya menjadi tantangan yang entah sampai kapan ujungnya. Ke depan segala hal pun makin tidka bisa diprediksi.

Lalu bagaimana?

Dibutuhkan kerja sama di antara pelaku usaha. Setiap orang, pelaku usaha diharapkan bantu membantu. Karena sekarang muncul pertanyaan, baju mai dipakai ke mana dan kapan memakainya? Alhasil, tidak sedikit menurut Tila para pelaku usaha fashion beralih ke bisnis kuliner. Selain itu kreativitas juga harus berjalan sesuai yang dibutuhkan.

“Ada juga pindah (berjualan) ke masker. Maskernya pun nggak jadi pencari keuntungan. Masker dijual harga dasar karena kebutuhan semua orang. APD juga ada. Ini bukan menjadi bisnis, tapi amal,” tambah Tila.

Peluang di tengah pandemi

Kehidupan terus berjalan, begitu pun para pelaku usaha. Mau tidak mau mereka harus survive. Tila sendiri menyebut, pandemi ini memiliki peluang terutama bagi para pengusaha dalam negeri.

“Pandemi buat pola bisnis dan konsumsi berubah-ubah. Ini saatnya beli produk lokal. Kita mulai pakai produksi kita sendiri untuk bangsa sendiri. Ini saat yang tepat,” kata Tila.

Momen ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Menurutnya ini saatnya masyarakat kembali “main” di dalam negeri, termasuk segi pemenuhan alat produksi. Untuk mesin-mesin tertentu peluang kolaborasi sangat diharapkan ada. Apalagi kondisi saat ini menyulitkan proses ekspor impor yang mau tidak mau kita mengonsumsi barang dalam negeri.

Industri fashion nanti

Seperti apa industri fashion ke depan? Apakah ada perubahan berarti?

Tila menuturkan, pandemi ini membuat banyak perubahan. Orang mulai memproduksi dan mengonsumsi apa yang benar-benar dibutuhkan atau diperlukannya. Tingkat konsumerisme mungkin tak setinggi dulu. Berbagai sektor kehidupan juga alami perubahan yang saling berkaitan, termasuk industri fashion.

Meski begitu, setiap orang menurut Tila pasti butuh baju dan ingin tetap tampil chic atau gaya. Hal inilah yang perlu disadari para pelaku usaha.

Banyak perubahan drastis yang pasti dirasa. Setiap orang, termasuk pelaku usaha dipaksa untuk lebih melek teknologi. Bisnis pun diprediksi tidak seperti dulu. Semua pun harus belajar dan kembali berpikir ulang tentang kehidupannya sehari-hari. Berbagai kesadaran baru pun muncul, mulai dari sistem kerja, kebutuhan, dan lain sebagainya.

Dan para pelaku kian dituntut inovasi dan diharapkan semakin unjuk gigi di negeri sendiri.

Share: