Di kalangan masyarakat, batik Cirebon memang belum sepopuler batikbatik dari kawasan Jawa Tengah, seperti Pekalongan, Solo, atau Yogyakarta. Padahal, batik Cirebon, yang sama-sama lahir dari lingkungan keraton, punya banyak motif menarik. Yang paling terkenal adalah motif mega mendung. Selain mega mendung, motif baron dan kawung juga lumayan dikenal.

Batik Wening adalah salah satu produsen batik Cirebon, yang uniknya bermarkas di salah satu kota batik, yakni Yogyakarta. Pasangan suami istri Ady Munasir dan Wening Angga mendirikan Batik Wening pada 2004. Usahanya bermula dari memproduksi batik Cirebon yang kemudian dipasarkan di wilayah Yogyakarta dan Solo, hingga akhirnya berkembang sampai menjadi produsen dan supplier mayoritas toko di Yogyakarta.

Merintis usaha dari nol, Wening dulu sempat berusaha menjual barangnya masuk ke pasar-pasar. Kemudian usahanya semakin berkembang, dan saat ini memiliki 6 cabang yang tersebar di beberapa daerah. Desain tiap batiknya diupayakan tetap mengangkat lokalitas setempat khususnya warna dan ciri khas. Karena tiap daerah punya karakter masing-masing.

“Saya memilih batik karena merupakan usaha turun temurun dari keluarga,” ujar Wening.

Hingga saat ini, Batik Wening mampu membantu para UKM untuk berkolaborasi dengan memasarkan produk-produk lokal yang ada di Pulau Jawa meliputi Yogyakarta, Solo, Madura, Pacitan, dan Pekalongan. Untuk kebermanfaatan, sebisa mungkin mereka mengajak pelaku UKM daerah untuk berkolaborasi. Sehingga tidak hanya sukses sendirian tetapi bersama mensejahterakan masyarakat.

“Kami lebih baik jualan sedikit tapi konsisten. Alhamdulillah kami ikhtiar ke luar kota untuk membantu menjualkan produk dari pengrajin,” tutur Wening.

Usaha Batik Wening ini menjual produk ready to wear dengan kisaran harga yang ditawarkan untuk batik paling murah Rp50 ribu, batik premium bisa sampai Rp5 juta, busana biasa seharga Rp100 ribu sampai Rp300 ribu, dan untuk kelas premium sekitar Rp300 ribu sampai Rp2,5 juta.

Sampai saat ini Batik Wening memiliki tenaga kerja sekitar 70 orang. Sedangkan di Wening’s Line (lini fashion Batik Wening), mampu merekrut tenaga jahit hampir 20 orang dengan memberdayakan masyarakat sekitar.

Dalam menjalankan bisnis, Wening berpikir bahwa profit ekonomi bukan yang utama, melainkan kebermanfaatan. Hal ini yang terus mendorong Wening untuk tetap kuat menjalankan bisnisnya meski ditimpa banyak kesulitan.

“Iya, kami ingin hidup dan bisnis kami menjadi manfaat untuk orang lain, agar hidupnya berkah. Ada tanggungan karyawan, karena rezeki mereka lewat kita. Itulah yang membuat kami harus lebih kuat lagi untuk meningkatkan usaha ini.”

Selain dijual secara offline di enam cabang, Batik Wening juga memasarkan produknya lewat marketplace dan website. Rata-rata produk yang terjual sekitar 80 persen dari volume produksi. Tidak hanya berkolaborasi dengan UKM daerah, Batik Wening memiliki reseller di Malaysia dan Singapura.

Meski begitu, pembeliannya memang masih belum begitu banyak. Dalam upaya perkembangan bisnisnya, upaya untuk ekspor sudah ada tapi masih belum maksimal.

“Kami memanfaatkan iklan di medsos, giveaway, paid promote, endorse, Google ads. Dulu kami bekerjasama dengan bus dan travel, tapi sekarang dari mulut ke mulut karena lebih cepat. Salah satu yang masih kita pertahankan adalah dengan cara maintenance pembeli lama.”

Untuk proses pengolahan limbah berupa kain perca, biasanya digunakan untuk bikin aksesoris dan masker. Namun selalu diupayakan untuk memanfaatkan apa yang tersisa. Ia juga sudah melakukan edukasi kepada para pekerjanya untuk tidak membuang sisa limbah produksi sembarangan. Di masa depan, Wening ingin bisa bekerja sama dengan lebih banyak pengrajin lagi, agar kebermanfaatan bisa dirasakan lebih luas lagi.

“Saya ingin berkolaborasi dengan lebih banyak pengrajin yang kesulitan menjual produk karena mereka biasanya tidak melek teknologi. Suatu hari saya ingin bikin toko yang lebih besar lagi, sehingga bisa menjual lebih banyak barang. Jadi bisa memasukan lebih banyak barang pengrajin yang berkolaborasi dengan kita,” tutupnya.

Share: