Nasib petani kopi yang tidak berubah menjadi latar belakang Jemalin untuk mendirikan Tiara Global Coffee. Ia tergerak untuk memberdayakan para petani kopi di Panang, Aceh Tengah, supaya bisa lebih berdikari. Sejauh pengalamannya, petani hanya jadi pekerja kebun orang lain, yang pendapatannya tak seberapa, sehingga kesejahteraan mereka tidak terlampau layak.

Jemalin tak rela melihat hal itu karena petani adalah sosok penting ketika membicarakan bisnis kopi di Aceh. Tanpa petani, yang lebih tahu tentang segala hal yang berhubungan dengan kopi, maka bisnis tidak akan jalan. Ia bertekad, bagaimanapun nanti bentuk usaha yang diambil, petani harus menjadi prioritas yang tak boleh ditepikan begitu saja.

“Banyak dari mereka yang nasibnya belum berubah. Tidak punya keamanan pangan dan lain sebagainya. Dari situ, saya pelan-pelan menginisiasi usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut,” ceritanya. “Hasilnya kelihatan ketika petani menyampaikan kendalanya selama bekerja dan dari situ kita cari jalan keluarnya sama-sama.

Awalnya tak mudah. Jalan terjal menghadang Jemalin sepanjang 2005 hingga 2008. Faktor penyebabnya ialah kebingungan ihwal ingin dibawa ke mana arah usaha kopi ini. Namun, lambat laun, kondisi membaik. Setelah mendalami usaha kopi secara intens, ia mendapatkan beberapa strategi untuk tumbuh ke depan.

“Dari yang [usaha] kecil, berubah jadi besar. Sampai Jakarta juga. Ada beberapa café di sana,” paparnya. “Tidak pernah menyangka bahwa bisnis saya bisa tumbuh di luar Aceh. Tapi, alhamdulillah, hal itu bisa betulan terwujud. Semua berkat kerja sama berbagai pihak di dalamnya.”

Sejauh ini, Jemalin mempekerjakan empat orang. Desa Tawardi, Panang, Aceh Tengah. Mereka bertugas dari hulu sampai hilir, mulai produksi maupun menggandeng para petani lokal. Tujuannya hanya satu: menciptakan produk olahan kopi berkualitas. Setiap divisi dan pekerjaan di dalamnya saling mendukung satu sama lain. Ia berprinsip bahwa ketika satu tak berjalan maksimal, maka yang lainnya akan tumpul.

Ada sekira belasan varian kopi yang diproduksi Jemalin, salah satunya yakni luwak. Produk-produk ini menyasar pasar yang jelas: kelas menengah atas. Lebih spesifik lagi, penikmat kopi. Setiap bulannya, usaha Jemalin dapat memproduksi sekira 5 sampai 10 ton kopi.

Produk Jemalin dihasilkan lewat riset mendalam. Proses produksi dimulai dari kebun kopi. Dari situ, proses berjalan secara mengalir, sampai akhirnya biji kopi dikemas untuk dijual. Bagian penjualan sudah ada tim yang bergerak secara simultan, mencari kemungkinan pasar mana yang bisa dijajaki.

“Tidak ada kendala selama ini karena semua fasilitas ada,” tegas Jemalin. “Selain itu, saya juga punya pekerja yang sangat unggul dalam membantu menjalankan usaha ini. Jadi, dua faktor itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha saya.”

Yang jadi perhatian Jemalin yaitu ongkos kirim yang kelewat mahal ketika produknya bersiap dipasarkan ke luar Sumatera. Selain itu, produk-produknya juga belum menjangkau pasar-pasar kecil, seperti warung.

“Itu cukup jadi hambatan, ya,” katanya. “Padahal, pasar warung itu sangat menjanjikan. Orang-orang banyak menghabiskan uang ke sana untuk beli kopi. Ini yang masih kami cari strateginya. Semoga tidak ada hambatan ke depan.”

Meski demikian, Jemalin mengaku akan terus memantapkan usahanya. Pertama, ia ingin melebarkan sayap usahanya ke luar negeri, yang notabene sudah dijalankan sebelumnya. Ia ingin menjajaki kesempatan ke banyak negara lantaran ia percaya kopi-kopi Indonesia, lebih khusus lagi Aceh, tentunya banyak dinikmati oleh berbagai kalangan.

“Penginnya genjot ekspor ke Cina dan India,” akunya. “Kami sudah mulai cari informasi soal itu, dan sesegera mungkin mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan. Tidak mudah memang. Tapi, harus dicoba.”

Kedua, dan ini yang dianggapnya penting, berbisnis kopi merupakan caranya merawat tradisi keluarga serta masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh, kopi bukan sebatas produk atau minuman. Ia lebih dari itu; ia perekat sekaligus budaya. Ia hadir di banyak momen-momen masyarakat Aceh.

“Lagi pula, semua orang hampir suka sama kopi. Jadi, usaha ini akan terus ada,” pungkasnya.

Share: